Akustik merupakan aspek yang sangat penting bagi ruang kelas. Kondisi akustik ruang kelas yang buruk pada umumnya ditunjukkan oleh tingkat bising yang berlebihan dan waktu dengung yang terlalu panjang. Kondisi akustik yang buruk dalam ruang kelas akan mengganggu proses belajar mengajar karena mempengaruhi persepsi suara ucap, perilaku siswa dan pada akhirnya luaran proses belajar mengajar. Sebaliknya, kondisi akustik yang baik akan meningkatkan kejelasan suara ucap di dalam ruang kelas dan membatasi bising latar belakang. Kondisi akustik yang baik ini akan menjamin kualitas suara ucap bagi siswa maupun guru yang beraktifitas di dalam ruang kelas.
Kejelasan suara ucap di dalam ruang kelas dipengaruhi oleh arsitektural ruang, misalnya bentuk ruang, ukuran ruang, dan material penyusun ruang kelas (selubung dan interior). Kejelasan suara ucap yang rendah (buruk) tidak hanya mengganggu siswa dengan problem pendengaran (hearing loss) saja, tetapi juga siswa yang memiliki pendengaran normal. Di dalam usaha menciptakan kejelasan suara ucap yang baik, guru pun bisa jadi akan mengalami cedera ucapan (fisik) karena senantiasa dalam jangka waktu yang cukup lama harus berbicara (berucap) dengan level yang jauh lebih besar dari tingkat bising latar belakang (background noise).
Pada umumnya, pentingnya memperbaiki kondisi akustik ruang kelas dengan mudah menarik perhatian pengelola sekolah apabila menyangkut kebutuhan siswa-siswa yang memiliki problem tidak bisa mendengar (hearing loss). Akan tetapi, pentingnya memperbaiki kondisi akustik terkadang tidak menjadi prioritas bagi:
- Siswa berumur < 15 tahun, yang sebenarnya belum matang betul perkembangan bahasanya. Kelompok usia ini pada umumnya merupakan penyimak suara ucap yang tidak efektif bila kondisi lingkungannya memiliki tingkat bising yang tinggi.
- Siswa yang memiliki: problem belajar, terlambat perkembangannya (delayed development children), gangguan pada pemroses informasi auditory, problem suara ucap dan bahasa, problem emosi dan perilaku, dan masalah kesehatan non telinga.
- Proses belajar mengajar yang menggunakan BUKAN bahasa ibu (non native language) sebagai bahasa pengantar utama.
- Guru yang seharusnya cukup menggunakan tingkat suara ucap normal, tanpa perlu berteriak.
Sumber utama bising pada ruangan kelas dapat dibedakan menjadi:
- Sumber bising yang berasal dari luar bangunan sekolah, misalnya bising jalan raya, bising ruang bermain luar ruangan, pesawat terbang (jet) yang melintas.
- Sumber bising yang berasal dari dalam bangunan sekolah, misalnya suara langkah kaki di koridor, percakapan di koridor, suara dari kantin, suara bel, aktifitas dari kelas sebelah.
- Sumber bising yang berasal dari dalam ruang kelas, misalnya suara mesin AC, suara alat elektronik, suara dari pipa utilitas.
Pada sisi yang lain, waktu dengung yang berlebihan juga menyebabkan kejelasan suara ucap menjadi rendah. Hal ini disebabkan oleh berlebihannya pantulan energi suara ucap yang dihasilkan oleh permukaan dalam ruang kelas. Berlebihnya energi suara pantulan ini akan menimbun energi suara langsung yang seharusnya lebih dominan. Kombinasi bising dan waktu dengung yang berlebihan inilah yang membuat kondisi akustik ruang kelas buruk. Idealnya, perbandingan energi suara/informasi utama yang disampaikan guru terhadap energi bising latar belakan adalah > 15 dB. Jika ini dipenuhi, maka guru cukup berbicara dengan tingkat suara ucapan normal, dan tidak perlu berteriak sepanjang proses belajar mengajar, jika ingin siswanya mempersepsi informasi yang disampaikannya dengan tingkat kejelasan yang baik.
Untuk menciptakan kondisi akustik yang baik, pertimbangan desain perlu diberikan pada saat sebuah gedung sekolah dibangun. Apabila hal tersebut luput dilakukan, perlu dilakukan evaluasi untuk melihat kinerja akustik setiap kelas, dan melakukan koreksi yang tepat sesuai dengan tingkat keburukan problem kejelasan suara ucapnya. Pada umumnya koreksi dilakukan dengan melakukan modifikasi fisik pada permukaan dalam ruang kelas, misalnya membuat langit-langit gantung, memasang penyerap energi suara (acoustics absorbers or diffusers) pada dinding, memasang karpet pada lantai, atau mengubah formasi tempat duduk, serta memanfaatkan furniture dalam kelas untuk menghalangi permukaan-permukaan keras di dalam ruang.Sistem tata suara sebaiknya hanya digunakan apabila suara guru tidak dapat menjangkau seluruh tempat duduk dengan tingkat energi yang normal atau apabila ada siswa yang memiliki kebutuhan khusus untuk mendengar suara ucap atau apabila SNR (Signal to Noise Ratio, perbandingan antara sinyal suara guru dibandingkan dengan bising latar belakang) kurang dari 15 dB. Dalam hal ini, perlu pertimbangan khusus dalam memilih sistem tata suara yang baik. Sistem tata suara yang digunakan seharusnya tidak hanya bisa menghasilkan suara yang keras saja, tetapi yang lebih penting adalah harus bisa menjamin tingkat kejelasan suara ucap (speech intelligibility) di setiap tempat duduk siswa. Siswa harus bisa menyimak (listening), bukan hanya mendengar (hearing) pada saat menjalani aktifitas di dalam kelas, demikian pula dengan guru. Jenis microphone dan loudspeaker yang digunakan serta posisi pemasangannya menjadi faktor yang krusial.